Berdikari.online- Pakar hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah, menilai kehadiran Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Konferensi Tinggi Tinggi (KTT) G7 di Jerman merupakan momentum yang luar biasa. Sebab, Jokowi bisa mengundang para pemimpin negara G7 di sana untuk menghadiri KTT G20 di Indonesia.
“Ini kesempatan Indonesia melobi kepala negara tertentu, walau kita nggak bisa memaksa semua datang ke G20,” kata Reza saat dihubungi, Sabtu (18/06).
Pertemuan G20 di Bali, Indonesia, sebelumnya menuai sorotan karena sejumlah pemimpin dunia mempertimbangkan kembali untuk hadir di Indonesia sebagai imbas Perang Ukraina. Akan tetapi, Presiden Rusia Vladimir Putin dipastikan akan hadir meski ada penolakan dari Amerika Serikat.
“Ini sangat jarang Putin datang ke forum internasional, paling ke Turki,” kata Reza.
Sekarang, Indonesia menjadi tuan rumah G20 dan dinilai punya peluang untuk bisa mengambil peran mempertemukan pihak yang bertikai di Perang Ukraina. Reza mencontohkan Singapura dan Vietnam yang sudah mengambil peran menjadi tuan rumah pertemuan eks Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Korea Utara Kim Jong-un.
“Indonesia bisa lakukan itu, di suatu wilayah di Bali,” ujarnya.
Indonesia, kata Reza, punya peluang menyediakan forum bilateral, misalnya antara Rusia dan Australia, yang juga sudah mengkonfirmasi akan hadir di G20, atau Rusia dan Jerman, Rusia Ukraina, serta yang lainnya. Siapa tahu, kata Reza, ada formula perdamaian masa depan Rusia Ukraina yang dibuat di Bali.
“Waduh ini momentum luar biasa, kalo gak dipakai sayang sekali, karena Pak Jokowi ingin meninggalkan legacy, tapi itu kan harus didukung oleh bukti,” ujarnya.
G7 merupakan kelompok negara-negara maju yang beranggotakan Jerman, Prancis, Kanada, Italia, Jepang, Britania Raya, dan Amerika Serikat. Uni Eropa juga masuk di dalamnya. KTT G7 pun akan berlangsung pada 26 sampai 28 Juni 2022 di Schloss Elmau, Jerman.
Kementerian Luar Negeri mengkonfirmasi kehadiran Jokowi. “Presiden memang akan ke Jerman untuk memenuhi undangan Jerman selaku ketua G7 saat ini,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah.
Selain bisa mengundang pemimpin negara G7, Reza menyebut kehadiran Jokowi menjadi momentum luar biasa karena bisa mendapatkan hasil langsung dari pertemuan G7 yang diketuai Jerman ini. Itu sebabnya, hasil G7 bisa diteruskan di G20.
“Jokowi bisa langsung dapat masukan dari ketua penyelenggara yaitu Jerman. Jerman dengan kita lagi manis-manisnya ini,” kata Reza. Sebab, Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier juga baru ke Indonesia beberapa waktu lalu.
Jerman, kata Reza, juga berkepentingan di kawasan Indo Pasifik yang dihuni 40 persen penduduk dunia dan berkontribusi pada 40 persen PDB dunia. “Jadi ini bagus untuk menciptakan suatu poros pembangunan masa depan baru, selama ini ke Cina Jepang, sekarang Jerman sekalian, ga akan ada yang tanya siapa Jerman,” ujar Reza.
Terakhir, Reza menyebut undangan kehadiran Jokowi di KTT G7 bisa dimanfaatkan untuk merealisasikan kerja sama teknis bilateral yang kemarin belum selesai saat kunjungan Presiden Steinmeier. “Jadi kemungkinan Indonesia menggunakan forum ini untuk memantapkan kerja sama teknis yang dibangun dengan Presiden Jerman,” kata dia. (*)