Berdikari.online – Anggota Komisi I DPR RI Effendi Simbolon menegaskan, aspek elektabilitas calon presiden tidak menjadi syarat mutlak bagi PDI Perjuangan untuk menentukan calon presiden pada Pemilu 2024.
Hal ini diungkapkan Effendi pada diskusi publik bertema “Mengukur Peluang 3 Figur Poros Utama di Pilpres 2024 Puan, Prabowo, dan Airlangga” yang diselenggarakan oleh Lingkar Diskusi Indonesia. Rabu, (3/8/2022)
Dia juga menyoal pada level komitmen ideologi bagi seorang calon presiden. Menurut politisi PDI Perjuangan ini, salah satu syarat yang harus dimiliki oleh figur Capres adalah komitennya dalam menegakan ideologi Pancasila sebagai dasar kekuatan membangun Indonesia.
“tegaknya ideologi menjadi salah satu kriteria bagi figur Capres 2024 karena kita ketahui ideologi kita semakin direduksi dengan arus ideologi-ideologi luar. Maka komitmen menegakkan ideologi harus melekat pada figur tersebut,” ujarnya.
PDIP Belum Menentukan Sikap
Selain itu, terkait sikap politik PDIP dalam pencapresan, Effendi kembali menegaskan bahwa hingga saat ini, partai berlambang tersebut belum memberikan sikap kepada siapa calon yang akan diusung.
Di sisi lain, ia mengakui bahwa nama Puan Maharani termasuk salah satu yang disebut sebagai Capres dari PDIP tinggal menuggu sikap Ketua Umum PDIP Megawati untuk menetukan nama siapa yang keluar.
“Karena belum menentukan sikap, maka hal inilah yang kemudian berefek pada masih rendahnya elektabilitas Mbak Puan pada setiap survei. Tapi jika sudah menentukan sikap, maka saya pastikan akan menguatkan Mbak Puan karena seluruh kader dan mesin partai akan bergerak maksimal dalam satu barisan di 34 provinsi.” Katanya.
Terkait koalisi, Effendi menyampaikan, PDIP juga tentu akan melakukan pendekatan-pendekatan kepada partai dan Puan Maharani ditugaskan Megawati untuk menjajak silaturahmi dengan berbagai partai.
“Tentu kami akan melakukannya dengan partai-partai yang mau dan sejalan dengan sikap PDIP.” Ujarnya.
Koalisi, melakukan pendekatan kepada partai yang bersama-sama mau sejalan untuk mengusung capres
Golkar Berusaha Bersama KIB Usung Airlangga
Sementara, Politisi Partai Golkar sekaligus Anggota DPR RI Nusron Wahid mengatakan terkait Pilpres, memungkinkan akan terbentuk 4 poros karena masih sangat dinamis.
“Per hari ini, saya melihat masih ada peluang 4 poros dan tidak bisa divonis tiga poros. Pertama, “PDIP punya golden seat karena diatas 20% maka PDIP pasti bisa mengusung sendiri. Tekait siapapun calonnya kami tidak mau berkomentar.” Jelas Nusron.
Selain itu, tambahnya, Nasdem dengan koalisinya. Nasdem tidak akan tinggal diam karena sudah memiliki figur yang akan diusung.
“Kemudian KIB sendiri, kami ada tiga partai yaitu Golkar, PAN, PPP dan kita menyatakan diri bekerjasama membangun koalisi, tapi belum ada nama yang akan diusung. Namun kami berusaha meyakinkan partai-partai di KIB untuk mengusung Ketua Umum kami Airlangga.” Pungkasnya.
Nusron juga menyebut bahwa Prabowo dengan PKB akan bisa berjalan sendiri. Ia menilai, Gerindra – PKB akan bisa melahirkan poros baru bagi Capres.
“Karena itu, sementara Peta masih sangat dinamis. Dalam konteks hari ini, elektabilitas berbasis survey masih belum bisa menjadi satu rujukan untuk menentukan sebuah keputusan.” Ungkapnya.
Puan Miliki Kendali Politik yang Real
Merespon soal peluang 3 figur poros utama di Pilpres 2024, A. Khoirul Umam, Direktur Eksekutif Indostrategic mengungkapkan soal elektabilitas ketiga figur tersebut.
“Per hari ini elektabilitas Puan belum memadai, namun faktanya Puan adalah satu-satunya pihak yang memiliki kendali politik yang real dari PDIP serta kunci langsung karena memiliki PT diatas 20%. Di PDIP hampir tidak ada dinamika internal karena satu komando yakni demokrasi terpimpin Megawati Soekarnoputri. Berbeda dengan Golkar yang banyak tokohnya, bisa saling menguatkan bisa saling menjatuhkan,” ungkap Umam.
Tambah Umam, PDIP memiliki karakter politik yang cenderung ke basis trah Soekarno.
“Ini bukan hanya soal individu tapi ini selling point dari PDIP. Ada ungkapan Ojo Pedot Oyot yakni jangan patah akar, sehingga dapat disimpulkan ini mengenai Trah Soekarno, siapa trahnya saat ini, ya Puan Maharani,” tambahnya.
Hampir disemua survei elektabilitas tertinggi parpol masih PDIP. Realitas politik saat ini menguatkan dominasi itu, dari segi teritotial PDIP juga punya kepala daerah relatif cukup besar.
“Dalam konteks politik praktis ada posisi 271 kepala daerah yang akan selesai tahun 2022 hingga 2023 yang PLT-nya akan ditentukan oleh Kemendagri. Ini jadi ruang pertarungan terbuka untuk menggerakkan dan memenangkan 271 wilayah tersebut, PDIP sebagai ruling party punya kekuatan memenangkan wilayah-wilayah ini,” tegasnya.
Sementara itu, soal Prabowo, Umam menilai bahwa Prabowo adalah salah satu nama yang tertinggi dalam survei capres.
“Ini dikarenakan dua faktor yakni post election bias yakni sudah punya exposure yang cukup besar dari 3 kali pemilu, faktor kedua adalah ada segmen masyarakat di Jawa, Banten hingga Sumatera yang bum mengetahui bahwa Prabowo sudah bergabung dengan koslisi pemerintah. Ada 40% yang tidak mengetahui ini,” tambah Umam.
Terakhir, soal Airlangga Hartarto dan KIB, Umam menilai bahwa KIB masih ragu menentukan siapa capres yang akan diusung.
“Pernyataan Bamsoet soal Airlangga sebagai capres dari Golkar adalah pernyataan yang memberikan gambaran bahwa ada persoalan internal yang kemudian mendorong Bamsoet memberikan pernyataan seperti itu kepada publik,” ungkapnya.
“Jika KIB sudah yakin dengan koalisinya maka pemilihan siapa capresnya adalah poin penting yang harusnya sudah ditunjukkan kepada publik, kenapa sampai hari ini belum ditunjukkan berarti masih ada keraguan di dalam KIB itu sendiri,” pungkas Umam. (*)