Berdikari.Online -Sekretaris Majelis Syuro Persaudaraan Alumni (PA) 212, Ustaz Slamet Ma’arif menyampaikan kritikan atas pidato Presiden Joko Widodo dalam Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2022 di Gedung Nusantara, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (16/8).
Menurut Slamet, pidato kenegaraan Presiden Jokowi soal politik identitas dan polarisasi agama justru menggambarkan adanya kepanikan dan ketakutan dengan kekuatan kelompok Islam, terutama dengan kekuatan umat Islam 212 di tahun 2017 lalu.
“Lucu ini pernyataan. Kan dah lama semua pakai politik identitas. PDIP sendiri pakai identitas Bung Karno hehe, Indonesia sendiri negara beragama sesuai UUD 1945 dan Pancasila Sila Pertama,” ujar Slamet, Rabu (17/8).
“Terkesan itu pernyataan yang panik dan takut dengan kekuatan Islam, terutama kekuatan umat Islam 212 di tahun 2017,” sambungnya.
Pada kesempatan itu, Slamet mengaku heran dengan orang yang mempersoalkan politik kelompok Islam. Ia bahkan menyinggung kelompok yang menggunakan politik agama selain Islam, tidak dipermasalahkan.
Lebih lucu lagi, ada fenomena orang politik ketika masuk tahun politik berlomba-lomba memakai identitas agama
“Yang nggak pernah pakai jilbab dan kopiah, balihonya di mana-mana pakai jilbab dan kopiah putih, foto dan video umroh haji jadi gacoan, non muslim pakai sorban dan lain-lain, apa itu bukan politik identitas?” terangnya.
Bahkan, kata Slamet, para pahlawan nasional juga sudah menggunakan identitas agama Islam untuk berjuang. Setidaknya hal itu yang dilakukan Bung Tomo dengan memekikan semangat takbir ke masyarakat.
“Ngono yoo ngono, tapi ojo ngono. Ingat Bung Tomo menggerakkan Arek-arek Surabaya dengan identitas agama Islam yaitu Takbir Allohu Akbar,” pungkas Slamet. (*)