Berdikari.Online- Ayatollah Khomeini bernama lengkap Ayatollah Ruhollah Khomeini merupakan pemimpin Iran. Ia adalah arsitek dari Revolusi Iran dan pemimpin pertama dari Republik Islam Iran yang dibuat pada 1979. Khomeini merupakan ulama syiah Islam yang memimpin Revolusi Iran untuk menjatuhkan Mohammad Reza Shah Pahlavi.
Mengutip Britannica, Khomeini mengenalkan konsep velayat-e faqih atau perwalian ahli hukum. Konsep ini membuat kepemimpinan politik ditentukan oleh faqih (ahli hukum) dari hukum Islam, yang membuat Khomeini memenuhi syarat sebagai pemimpin Iran berdasarkan karakteristik hukum tersebut.
Khomeini lahir pada 24 September 1902. Ia merupakan cucu dan anak dari mullah (pemimpin syiah). Saat ia berumur lima bulan, ayahnya dibunuh atas perintah pemilik tanah lokal.
Khomeini kemudian dibesarkan oleh ibu dan tantenya. Setelah keduanya meninggal dunia, ia dirawat oleh kakak lelakinya, Mortaza (Ayatollah Pasandideh).Mantan pemimpin Iran ini bersekolah di berbagai sekolah Islam. Ia kemudian memutuskan menetap di kota Qom, yang adalah pusat intelektual untuk beasiswa syiah.
Khomeini menjadi salah satu cendekiawan ternama di sana pada 1930-an. Sebagai cendekiawan dan pengajar nilai-nilai syiah, ia membuat berbagai karya tulis terkait filosofi, hukum, dan etika Islam.
Meski demikian, Khomeini kerap menuliskan penolakannya atas pemerintahan Iran kala itu, yang dipimpin oleh Mohammad Reza Shah Pahlavi. Ia juga menyuarakan ketidaksukaannya terhadap nilai-nilai Barat dan keteguhannya mengadvokasi kemurnian Islam.
Diangkat Jadi Ayatollah
Pada 1950, Khomeini diakui sebagai ayatullah, yang ada sebutan bagi pemuka agama besar. Tak hanya itu, ia mendapatkan gelar ayatollah agung pada 1960. Ini membuatnya menjadi salah satu pemimpin agama tertinggi dalam komunitas syiah di Iran.
Pada pertengahan 1970-an, pengaruh Khomeini di Iran meningkat pesat, mengingat ketidakpuasan publik terhadap rezim shah [raja] di Iran. Penguasa Iran kala itu, Saddam Hussein, memaksa Khomeini meninggalkan Iran pada 6 Oktober 1978. Setelah diusir, Khomeini menetap di Neauphle-le-Château, pinggiran Paris. Dari sana, pendukung Khomeini mengirimkan pesan yang direkam di tape, membuat masyarakat Iran semakin ‘garang’ menolak rezim kerajaan di negara itu.
Masyarakat Iran kemudian melakukan demonstrasi massal dan kerusuhan sipil pada akhir 1978. Akhirnya, kepemimpinan shah di Iran digulingkan pada 16 Januari 1979, dikutip dari Britannica.
Khomeini kemudian tiba di Teheran pada 1 Februari 1979 dan diakui sebagai pemimpin agama dari revolusi Iran. Ia lalu mengumumkan formasi pemerintahan baru Iran empat hari kemudian, dan pada 11 Februari militer Iran mendeklarasikan netralitas mereka.
Tak hanya itu, referendum nasional pada April tahun itu menunjukkan banyaknya dukungan terhadap institusi republik Islam. Konstitusi dari republik Islam kemudian disetujui pada Desember.
Khomeini dinamai sebagai rahbar, pemimpin politik dan agama Iran seumur hidup.(*)