Berdikari.Online – Acara Silatulfikri (menyambung pikiran) 99 Tokoh Pulau Sumbawa berakhir di Plaza Dea Koasa, Pondok Modern Internasional (PMI) Dea Malela, Minggu (31/8/2025). Forum ini menghadirkan tokoh lintas bidang dan generasi, termasuk Wakil Bupati Sumbawa, Forkopimda, pemangku adat, tokoh agama, akademisi, politisi, budayawan, dan pekerja seni.
Dalam tausiyah kebangsaan, Prof. Dr. KH. M. Din Syamsuddin, MA., mengingatkan pentingnya masyarakat tetap berpegang pada akar budaya. Ia menekankan bahwa nilai budaya, pendidikan, dan kebersamaan menjadi dasar untuk membangun masa depan Pulau Sumbawa.
“Kita ditakdirkan Allah lahir di tanah ini untuk menjadi khalifah-Nya. Karena itu, jangan sampai kita kehilangan akar budaya. Justru melalui penguatan nilai budaya, revitalisasi, dan pendidikan, masyarakat—terutama generasi muda—akan bangkit, maju, dan berkembang. Baik ada maupun tidak adanya provinsi baru, semangat kebersamaan dan persaudaraan di NTB harus tetap dijaga,” ujarnya.
Prof. Din juga menyampaikan dua agenda besar untuk Dea Malela. Pertama, pendirian Universitas Internasional Dea Malela dalam dua tahun ke depan. Kedua, pembangunan Stadion Bung Karno di lingkungan pesantren yang disiapkan sebagai pusat olahraga dan ruang interaksi sosial.

Wakil Bupati Sumbawa, Drs. H. Mohammad Ansori, dalam sambutannya mengajak masyarakat berdoa agar situasi bangsa tetap aman dan damai. Ia menyatakan dukungan pemerintah daerah terhadap kegiatan yang lahir dari aspirasi masyarakat.
“Silatulfikri ini membuktikan bahwa Sumbawa memiliki potensi besar. Dari forum seperti ini kita bisa membangun peradaban, yang menjadi nilai tertinggi sebuah bangsa. Dea Malela adalah bukti nyata bahwa peradaban itu hidup di tengah kita. Dari tempat ini akan lahir anak-anak bangsa yang kelak mampu menjadi tokoh nasional,” kata Ansori.
Dalam rangkaian Silatulfikri ini, undangan disuguhi penampilan seni budaya khas Dompu, Bima, dan Sumbawa. Pertunjukan tarian, musik tradisional, dan syair daerah mewarnai acara hingga penutupan.***