Berdikari.Online-Dilansir dari Fajar.co.id, Politikus PDIP, Budiman Sudjatmiko turut mengomentari pemukulan yang dialami Ade Armando saat aksi demo mahasiswa di depan DPR RI, Senin (11/ 4/ 2022). Budiman mengatakan tindakan pengeroyokan tersebut jelas tidak membanggakan. Ia bahkan tak habis pikir dengan perasaan pelaku kekerasan.
” Apa ya perasaan pelaku kekerasan dengan pengeroyokan terhadap bung Ade Armando atau siapapun yg ikut mengeroyok orang yang tidak berdaya? Merasa gagah? Masa sih? Merasa suci? Yang bener? Keberanian mengeroyok itu bukan keberanian,” katanya melaluiTwitter pribadinya, Senin (11/ 4/ 2022).
Lanjutnya, Budiman ingin tahu bagaimana para pelaku menjelaskan kepada keluarga mereka mengenai Tindakan kekerasan tersebut atau malah mengelak serta mengaku sebagai pihak yang hendak mengamankan Ade Armando.
“Saat para pengeroyok itu tiba dirumahnya masing-masing, kira-kira apa yang mereka ceritakan kepada keluarga dan tetangga-tetanagganya? Jika mereka bangga ikut mengeroyok dan mungkin jika mereka  membual bermaksud menyelamatkan korban? Bukankah kedua sifat pengakuan dan pembelaan pembelaan itu sama saja bullshit? Coba kasih aku bocoran,” urainya.
” Setiap orang mempunyai ukuran- ukuran berbeda. Saya mempunyai ukuran kemampuan sendiri yang tidak cocok dan tidak aman jika disandingkan dengan ukuran pengeroyok. Tetapi siapa ketahui terdapat orang- orang yang merasa dimensi bajunya selaku pengeroyok itu buatnya aman. Ceritain dong,” lanjutnya.
Dirinya selanjutnya mengisahkan pengalaman semasa di penjara. Ia membandingkan orang yang menghilangkan nyawa serta mengeroyok. Budiman mengisahkan orang yang menghilangkan nyawa orang lain terkesan tanpa rasa malu ketika menceriterakan persoalanya. Tetapi orang yang mengeroyok hambar dan malu- malu.
“Ketika dipenjara di Salemba dan Cipinang, saya menjumpai banyak orang yang dipidana karena membunuh orang lain. Ada yang mengakui sendirian menghilangkan nyawa orang lain dan ada juga melakukan bersama-sama atau mengeroyok hingga menghilangkan nyawa orang. Saat diajak ngobrol, para pembunuh sendirian mengisahkanya tanpa rasa malu (meskipun menyesal). Pengeroyok? Hambar dan malu- malu,” pungkasnya. (*)