Monday, July 14, 2025

Tarkam dan Revolusi Olahraga Indonesia ala Soekarno

Shares

Berdikari.Online – Satu abad lebih 20 tahun, Putra Sang Fajar, Soekarno lahir. Tokoh bangsa yang menjadi proklamator kemerdekaan Indonesia ini memiliki rekam jejak panjang untuk kehidupan berbangsa.

Pokok-pokok pemikirannya tak hanya persoalan politik semata, namun juga budaya hingga olahraga. Bahkan sumbangsih pemikiran Soekarno mampu membawa negara ini memiliki catatan manis di bidang olahraga.

Satu hal menarik dari pemikiran Soekarno tentang olahraga ialah bagaimana ia memiliki keinginan untuk mencanangkan revolusi olahraga Indonesia.

Mengutip dari buku berjudul ‘M.F. Siregar, matahari olahraga Indonesia’ terbitan 2008, Presiden Indonesia Soekarno saat itu mencanangkan Rencana 10 Tahun Olahraga.

Dalam rencana itu, sejatinya Soekarno menginginkan adanya Revolusi Olahraga Indonesia yang tertuang dalam lima program dasar.

Satu dari lima program dasar revolusi olahraga nasional ala Soekarno ialah memperluas dan mengintensifkan gerakan olahraga di lingkungan pemuda/pelajar.

Konsisten-nya Soekarno untuk membuat olahraga berada di posisi yang tinggi membuat dampak yang sangat positif. Kompetisi olahraga di kampung-kampung kala itu sangat semarak, tidak hanya sepakbola namun juga hampir seluruh cabor.

Fakta sejarah menunjukkan bahwa Indonesia di era 1945 hingga 1966 memiliki kebijakan kuat dan terarah pada olarhaga sebagai sarana pembangunan karakter bangsa alias nation building.

Rencana 10 tahun Olahraga yang dicanangkan Soekarno merupakan wujud dari pelaksanaan bahwa olahraga alias pendidikan jasmani bukan hanya urusan negara tapi menjadi staatsplicht alias keharusan negara.

“Presiden Soekarno melihat dengan jeli bagaimana nasionalisme bangsa yang baru saja merdeka digelorakan lewat olahraga,” tulis Cindy Adams di Pancasila: Sport and the Building of Indonesia – Ambitions and Obstacles.

Sementara itu mengutip dari Majalah Mimbar Penerangan terbitan Departemen Penerangan alias Deppen 1961 disebutkan bahwa Soekarno dalam musyawarah nasional olahraga menekankan untuk para atlet melaksanaan revolusi di cabang olahraga.

“Presiden Soekarno telah mengamanatkan kepada para olahragawan di Bandung beberapa waktu yang lalu, bahwa semua kegiatan dibidang olahraga harus meningkatkan kepada satu revolusi keolahragaan dan revolusi keolahragaan itu ada pula sebagian daripada Nation Building Indonesia, revolusi kita untuk membentuk manusia baru Indonesia,” ulas laporan majalah Mimbar Penerangan.

Tarkam menjamur di Era Soekarno

Menjamurnya kompetisi tarkam nyatanya memang melahirkan banyak pesepak bola hebat negeri ini. Sebenarnya tarkam yang ada di negeri ini tak jauh berbeda dengan budaya sepak bola Brasil.

Di negeri sepak bola tersebut, hampir seluruh gang sempit di kota itu terdapat anak-anak bermain sepak bola dalam sebuah turnamen kecil.

Tak ada literasi sejarah yang bisa memastikan kapan budaya tarkam di sepakbola nasional pertama kali diadakan. Namun jika kita berkaca era 1950 hingga 1960, kita bisa sedikit menemukan fakta bahwa turnamen Tarkam di era tersebut menjamur.

Tidak hanya kompetisi antar kampung cabang sepak bola namun juga cabang olahraga lain. Hal ini tak lepas dari hasil Musyawarah Olahraga Nasional 1961. Dari hasil Munas Olahraga itu, sejumlah kegiatan olahraga wajib dijalankan.

Dari hasil Munas ini muncul Komando Gerakan Olahraga yang dipimpin langsung oleh Soekarno. Di bawah Soekarno ada Komite Olahraga (KO) dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI).

Mengutip dari hasil Munas Olahraga 1961, tujuan kegiatan olahraga diadakan di setiap daerah dari tingkat RT ialah mempertinggi mutu keolahragaan dalam segala bidang.

Dari hasil Munas itu juga disebutkan bahwa pemerintah lewat Komando Gerakan Olahraga meminta pemerintah daerah di tingkat I, Kabupaten dan Kotapraja untuk membuat kegiatan cabang olahraga yang mempunyai bibit-bibit istimewa.

“Komando Gerakan Olahraga meminta pemerintah daerah di tingkat I hingga Kotapraja untuk menggelar kegiatan olahraga yang memberi harapan baik seperti kegiatan olahraga lari jarak jauh unutk Nusa Tenggara Barat dan Timur, renang jarak jauh unutk Sumatera Utara dan Jawa Barat, hockey untuk Sumatera Utara dan lari jarak pendek untuk Sulawesi Utara, Tengah dan Maluku,”

Dari fakta ini maka tak heran jika olahraga Indonesia di era Soekarno memiliki segudang atlet berprestasi. Konsep tarkam ini juga yang kemudian membuat sepak bola Indonesia memiliki catatan prestasi mumpuni di era 60-an.

Konsep tarkam memang bisa menjadi alternatif untuk menjadi sarana pencarian bibit muda Indonesia, utamnya di bidang sepak bola.

Konsep tarkam yang merupakan budaya grassroot bisa membongkar kekeliruan pemberdayaan sepak bola saat ini yang selalu dari bottom up ke bottom down dan diubah menjadi bottom down ke bottom up.

Tarkam dengan segala positif dan negatifnya akan memecut para pemain muda, tidak hanya skill namun juga mental.

Keterbatasan tarkam membuat si pemain mampu membuat sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin. Ini bahasa mental yang belum tentu dimiliki oleh para pemain muda jebolan akademi dan SSB dengan pelbagai fasilitas mewah dan lengkap.(*)

Oleh: Galih Prasetyo

Shares

berita lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

spot_img

Berita Terbaru