Sunday, August 17, 2025

Kemenag Imbau Pelopor Moderasi Beragama Mampu Redam Narasi Hoax

Shares

Berdikari.online – Kementerian Agama Republik Indonesia meminta para pelopor memperkuat moderasi beragama mampu menjawab berbagai tantangan yang berkembang di masyarakat, salah satunya hoaks terkait agama yang marak di dunia maya.

“Tantangan memperkuat moderasi beragama tidak hanya di dunia nyata, tapi juga dunia maya, terutama hoaks terkait agama. Ini juga harus menjadi pelopor untuk mendukung moderasi berbagai wilayah, khususnya di Jawa Tengah,” kata Staf Khusus Menteri Agama Bidang Komunikasi Publik dan Media Wibowo Prasetyo di Semarang, Sabtu, (10/09/22)

Selain itu, para penggerak atau pelopor memperkuat moderasi beragama juga diminta memahami dunia digital, memahami isu-isu pemantauan, terutama seputar kerukunan, sekaligus mitigasinya.

Ia menjelaskan bahwa kerukunan saat ini dihadapkan pada tantangan yang lebih sulit karena banyak informasi palsu di media sosial yang mengganggu kerukunan masyarakat.

Berbagai hoax dan disinformasi yang beredar di media sosial, lanjut dia, kerap berbalut dengan isu suku, agama, ras dan antargolongan yang dapat memicu konflik di masyarakat.

Ia mencontohkan salah satu hoaks yang pernah beredar di Sri Lanka pada Maret 2018 hingga pemerintah menutup media sosial Facebook dan Whatsapp karena telah terjadi antaragama yang diakibatkan oleh berita bohong tersebut.

“Hoaks yang beredar saat itu, kaum minoritas muslim tidak bersalah edarkan obat yang dapat membuat mayoritas muda mandul. yang dipercaya oleh publik sehingga tercapai dan akhirnya whatsapp dan facebook ditutup,” ujarnya.

Hoaks lainnya antara lain yang menimpa Kementerian Agama yakni hoaks bahwa dana haji habis digunakan untuk membiayai proyek Ibukota Nusantara (IKN).

“Yang seperti ini harus segera merespons penggerak moderasi beragama sebab disinformasi juga bisa memicu tindakan ekstrem yang tidak sejalan dengan semangat moderasi beragama,” katanya.

Oleh karena itu, dirinya meminta upaya memperkuat moderasi beragama tidak bisa hanya dilakukan dengan cara konvensional tatap muka, tapi juga memanfaatkan teknologi informasi.

Menurutnya, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mewariskan disrupsi informasi, apalagi dunia digital telah menyajikan narasi keagamaan yang bebas akses, serta sering memanfaatkan kelompok tertentu untuk menyuburkan konflik dan menghidupkan politik identitas.

Media digital juga menjadi komoditas baru dalam menyebarkan ideologi keagamaan. Narasi digital mampu membentangkan cara kehidupan yang sebelumnya tak terbayangkan, seperti artificial intelegence, metavers, dan lainnya.

“ASN Kemenag, harus mampu mengisi ruang digital dengan konten-konten moderasi beragama dan informasi yang valid di ruang media sosial, baik Youtube, fanspage Facebook, Twitter, Instagram, meme, dan lainnya,” ujarnya.

Wibowo juga mengajak seluruh elemen aparatur sipil negara di lingkungan Kemenag untuk menjalin sinergi dengan berbagai pihak dalam meningkatkan moderasi beragama, serta dapat menjalin kerja sama dengan sivitas akademika kampus perguruan tinggi keagamaan (PTKN) melalui Rumah Moderasi.

Kemudian, bersinergi efektif para pihak diharapkan dapat menjadi lokomotif gerakan moderasi beragama yang menyampaikan pesan agama yang damai dan toleran, sangat relevan untuk menjadi wadah kontra narasi pemahaman keagamaan yang kaku.

Hal tersebut disampaikan Wibowo di hadapan Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam Kemenag Kabupaten/Kota seluruh Jawa Tengah, ASN di Bidang PAI Kanwil Kemenag Jawa Tengah saat acara Orientasi Pelopor Moderasi Beragama di Semarang.

Turut hadir Kakanwil Kemenag Jawa Tengah Musta’in Ahmad, Kepala Biro HDI Ahmad Fauzin, Kabid PAI Kanwil Imam Buchori dan jajaran.(*)

Shares

berita lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

spot_img

Berita Terbaru