Friday, August 15, 2025

Pondok Pesantren Model Deep Learning ala Indonesia

Shares

Berdikari.Online – Sebagai cikal bakal pendidikan modern, pendidikan pesantren di Indonesia memiliki sejarah panjang. Dimulai sejak abad ke-14 dengan kemunculan pesantren pertama di Jawa, yang diyakini sebagai pusat pendidikan Islam tradisional, dan terus berkembang hingga saat ini.

Beberapa sumber literatur sejarah menyebutkan berdirinya pondok pesantren yang pertama kali di Indonesia diyakini dimulai sejak abad ke-14. Menurut Babad Demak misalnya, model pendidikan Islam ini pertama kali muncul pada masa Sunan Ampel (Raden Rahmat). Kemunculannya bersamaan dengan periode pemerintahan Prabu Kertawijaya Majapahit.

Definisi pondok pesantren menurut para ahli salah satunya dikemukakan oleh Manfred Ziemek melalui buku Pesantren Dalam Perubahan Sosial (1986). Pengertian pondok pesantren menurut Ziemek adalah lembaga multifungsional yang tidak hanya berkutat dan berkecimpung bagi perkembangan pendidikan Islam semata, tetapi juga kemajuan pembangunan lingkungan sekitar.

Sementara itu, Abdillah dan Burhanudin dalam Sejarah Kebudayaan Islam (2021) arti ponpes berasal dari dua kata yaitu pondok dan pesantren. Pondok adalah bahasa Indonesia yang berarti sebuah tempat penampungan atau wisma sederhana.

Lalu dilihat dari sejarah pendidikan Islam Indonesia, pesantren sebagai sistem pendidikan Islam tradisional telah memainkan peran cukup penting dalam membentuk kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, akhir –akhir ini menarik untuk dicermati kembali. Mengamalkan ajaran Islam (tafaqquh fiddin) dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari.

Penyelenggaraan lembaga pendidikan pesantren berbentuk asrama yang merupakan komunitas tersendiri di bawah pimpinan kiai atau ulama dibantu oleh seorang atau beberapa orang ulama dan atau para ustadz yang hidup bersama di tengah-tengah para santri dengan mesjid atau surau sebagai pusat kegiatan peribadatan keagamaan, gedung-gedung sekolah atau ruang belajar sebagai pusat kegiatan belajar mengajar, serta pondok-pondok sebagai tempat tinggal para santri. (Buchori ,1994).

Mengutip tirto.id (Oktober 2023), pesantren mulai tumbuh dan berkembang pesat pada abad ke-19. Pulau Jawa menjadi daerah dengan pesantren terbanyak saat itu mencapai lebih dari 1.800 pesantren dengan 16.500 santri. Tak hanya di Pulau Jawa, pesantren-pesantren juga berkembang di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan NTB.

Perkembangan pondok pesantren semakin pesat jelang kemerdekaan Indonesia. Pemerintah Jepang pada 1942 sempat mendata bahwa di Indonesia saat itu sudah ada ribuan ponpes dengan ratusan ribu santri.

Sementara itu, di era modern saat ini jumlah pesantren sudah ada sebanyak 27.218. Pesantren-pesantren itu dihuni oleh lebih dari 3,6 juta santri di seluruh Indonesia.

Kini, seiring perkembangan zaman, pesantren-pesantren sudah semakin modern, baik dari kurikulum maupun fisik bangunannya. Meski begitu, kesederhanaan dan keikhlasan yang digambarkan oleh kehidupan kiai dan para santrinya, masih menjadi nilai utama yang patut diteladani dari ajaran kehidupan di pesantren.

Fakta menarik tentang metode pembelajaran di pesantren bila dikaitkan prinsip deep learning yang menjadi terobosan Kemendikdasmen saat ini, memiliki banyak kemiripan dengan metode pembelajaran yang telah lama diterapkan di pesantren. Makna deep learning juga semakna dengan “tafaqquh fiddin” yang artinya mendalami dan memahami agama secara mendalam, bukan hanya sekadar pengetahuan permukaan, tetapi juga pemahaman yang mendalam dan aplikatif.

Hal ini membuat pendekatan deep learning seolah menjadi jembatan antara teknologi modern dan tradisi pendidikan berbasis nilai. Mendikdasmen Prof. Abdul Mu’ti di berbagai kesempatan menjelaskan bahwa deep learning bukanlah sebuah kurikulum baru, melainkan pendekatan pembelajaran yang menekankan pemahaman mendalam, pemecahan masalah, dan pengembangan kemampuan berpikir kritis.

Meski istilah ini mulai populer secara global sejak 1976, Indonesia sebenarnya sudah lama menerapkannya, terutama di lingkungan pesantren dan madrasah. Di pesantren, pendidikan lebih dari sekadar transfer ilmu pengetahuan, namun pesantren mengutamakan pembentukan dan internalisasi karakter dan akhlak mulia.

Nilai-nilai seperti keikhlasan, kemandirian, kedisiplinan, dan pendalaman nilai tauhid menjadi inti dari proses pembelajaran. Hal ini menurut hemat penulis, sejalan dengan filosofi deep learning yang bertujuan mencetak individu yang tidak hanya cerdas secara akademis tetapi juga berintegritas dan memiliki nilai akidah.

Salah satu aspek penting dari deep learning adalah pendekatan holistik dalam pendidikan. Pesantren menerapkan hal ini melalui kegiatan yang melibatkan pembelajaran berbasis pengalaman, musyawarah, dan pembiasaan ibadah setiap hari.

Di pesantren, santri tidak hanya belajar teori, tetapi juga menerapkan apa yang mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan pesantren mendukung kolaborasi antar individu, mirip dengan prinsip kerja tim yang ditekankan dalam deep learning. Interaksi antara santri dengan kyai dan antarsantri sendiri memperkaya proses pembelajaran, serupa dengan kolaborasi dalam proyek-proyek pendidikan modern.

Pendekatan pendidikan di pesantren mendorong peserta didik untuk berpikir mendalam, bertanya, dan mengeksplorasi solusi dari berbagai perspektif. Hal ini menjadi inti dari konsep deep learning dalam pendidikan global. Pesantren sudah menerapkan banyak elemen yang kini diadopsi oleh pendidikan modern.

Memang sepatutnya pengadopsian deep learning harus disesuaikan dengan konteks budaya Indonesia. Pesantren merupakan salah satu tradisi kultural pendidikan di Indonesia. Betapa pentingnya kita mempertahankan nilai-nilai lokal yang sudah lama menjadi kekuatan pesantren dalam membentuk generasi muda.

Selain itu, di era digital dan pendidikan modern saat ini kita mesti mendorong kolaborasi antara institusi pendidikan formal dan pesantren untuk saling belajar dan memperkuat prinsip deep learning tanpa meninggalkan etika tholabul ‘ilmi (etika dalam menuntut ilmu). Pesantren, dengan tradisi panjangnya, bisa menjadi inspirasi dalam menerapkan pendidikan berbasis nilai, sementara sekolah formal dapat menawarkan pendekatan teknologi terkini.

Alhasil, deep learning tidak hanya relevan di dunia modern, tetapi juga memiliki akar yang kuat di dalam sistem pendidikan tradisional Indonesia.

Mengutip Menteri Mu’ti, “kita tidak perlu jauh-jauh mencari inspirasi. Pesantren telah lama menjadi model deep learning ala Indonesia.”(*)

Shares

berita lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

spot_img

Berita Terbaru